Saat dulu kita berjuang menahan kantuk dan lelah yang menyerang pada banyak sekali malam Membentakku pada terlalu besarnya berat yang ku angkat Menepis dingin dan lapar menjadi perang kentut
Sudah tidak ada artinya.. Kita bersenandung pada seribu hari lalu lantunan lagu Kau berdiri dibelakangku bernyanyi keras-keras Bertaruh pada beberapa gelas yang membakarku Tertawa pada keterkaparanku di higaan pintu kamar mandi
Sudah kuhapus Warna kelam rambutmu.. Saat tengah malam, bulan lalu kusemir sehelai demi sehelai diantara keluh kesah tentang pengorbananmu
Sudah kutinggalkan dulu kau terjatuh sakit pada lubang yang kau buat sendiri Yang kau katakan bahagia dan penderitaan Kita menangis berdua diatas kasur, bantal, gulingmu dan lagu ‘kejujuran hati’ Setelah itu aku selalu hadir pada kehilanganmu Berdiri menutupi matamu yang selalu basah Memunafikkan segala profesionalisme yang selama ini kau bangga-banggakan
Sudah kubuang.. Genggaman tangan menegarkanmu Mendengarkan kesepian di sudut café-café kesayangan kita Dan mimpi-mimpi indah tentang cintamu, tentang cintaku..
Aku sudah lupa..
Sudah kuhapus..
Sudah kubuang
Sudah kutinggalkan
Hingga tiada lagi artinya..
Tidak kurang tidak juga lebih persis seperti apa yang kau lakukan padaku hari ini..
Posted by PijarLautan ::
9:57 PM ::
2 Comments: