satu hari ini aku pengen banget makan mangga yang ranum, yang kulitnya sudah kuning kemerahan, yang dagingnya tebal, yang wanginya wangi.. tapi sekarang belum musim buah apalagi buah mangga yang ada paling jeruk itu pun jeruk wedang, buah kesemek, atau buah sukun.. eh itu termasuk buah gak ya
tapi satu hari ini aku pengen banget makan mangga tidak perlu yang ranum lagi.. yang mengkal pun sudah tidak apa-apalah.. sudah tidak perlu yang wangi juga dari pagi... makin siang.. menjelang sore.. pucuk dicinta ulam tak kunjung tiba sudah ribuan tukang rujak kucegat.. (ahh.. ini hiperbola) tak jua kunjung kutemukan sosok bulet ijo buntet mungkin ga jodoh.. alah.. aku mulai berfikiran seperti bodoh-bodoh yang berpangku pada papa menghirup kembali liur yang mengumpul kumpul diujung lidah membayangkan asem kecut... mangga..
tapiii satu hari ini aku pengen banget makan mangga sudah semakin sore aku sudah semakin membenamkan diri pada acara spongebob dan jimmi neutron mencoba mngalihkan perhatian mangga yang semakin mendarah daging ahh.. mungkin perlu beranjak mandi keramas saja agar lebih tenang ambil handuk.. ambil baju bersih dan jeroan-jeroannya di lemari yang tak pernah kususun rapih
hingga... GEDUBRAKK.. BUGG..
asem.. mungkin anak-anak nakal lagi main bola nyungsep di atap seng kamarku
semenit..
GEDUBRAKK.. BUGG.. lagi..
alah.. bola anak-anak nakal lagi aku intip keluar melalui kaca nako... SIIING.. hening.. tidak ada siapa-siapa. bahkan ibu-ibu yang biasanya numpang jemuran dipagar halamanku pun tidak ada. juga bapak-bpak yang biasa numpang naruh sangkar burung-burungnya. tidak ada siapapun
aku buka pintu kamar beranjak keluar memperhatikan seksama pada dua bunderan ijo besar yang geletak begitu saja di dekat pot panjang tanaman asparagusku aku mulai berfantasi kah? fatamorgana kah? nyaris seperti unta kesasar padang bulanan lamanya? tapi dari mana mangga-mangga ini. aku melihat keatas pucuk-pucuk rampai.. tidak mungkin pohon tua ini berbuah. sudah tahunan dia mandul sampai ke pentil-pentil..
aku mulai melihat pada awan putih yang bergerumul. langit yang tidak lagi biru.. Tuhankah? mungkin saja.. toh semuanya mungkin saja untuk membayar ketiadaannya dikepalaku dengan dua buah mangga, ranum, besar-besar pula untuk membayar malaikat wujud kekasih yang tidak jadi diberikan padaku kemaren atau untuk membayar runtutan 1,2,3 luka yang sudah menjadi 99 mungkin saja..
ahhh... tapi kalo memang mangga Tuhan mana mungkin aku tega makannya