SUDAHLAH....

Tuesday, July 04, 2006

Mangga Tuhan

satu hari ini aku pengen banget makan mangga
yang ranum, yang kulitnya sudah kuning kemerahan, yang dagingnya tebal, yang wanginya wangi..
tapi sekarang belum musim buah apalagi buah mangga
yang ada paling jeruk itu pun jeruk wedang, buah kesemek, atau buah sukun.. eh itu termasuk buah gak ya

tapi satu hari ini aku pengen banget makan mangga
tidak perlu yang ranum lagi.. yang mengkal pun sudah tidak apa-apalah.. sudah tidak perlu yang wangi juga
dari pagi... makin siang.. menjelang sore..
pucuk dicinta ulam tak kunjung tiba
sudah ribuan tukang rujak kucegat.. (ahh.. ini hiperbola)
tak jua kunjung kutemukan sosok bulet ijo buntet
mungkin ga jodoh.. alah.. aku mulai berfikiran seperti bodoh-bodoh yang berpangku pada papa
menghirup kembali liur yang mengumpul kumpul diujung lidah membayangkan asem kecut... mangga..

tapiii satu hari ini aku pengen banget makan mangga
sudah semakin sore
aku sudah semakin membenamkan diri pada acara spongebob dan jimmi neutron
mencoba mngalihkan perhatian mangga yang semakin mendarah daging
ahh.. mungkin perlu beranjak mandi keramas saja agar lebih tenang
ambil handuk.. ambil baju bersih dan jeroan-jeroannya di lemari yang tak pernah kususun rapih

hingga...
GEDUBRAKK.. BUGG..

asem.. mungkin anak-anak nakal lagi main bola nyungsep di atap seng kamarku

semenit..

GEDUBRAKK.. BUGG.. lagi..

alah.. bola anak-anak nakal lagi
aku intip keluar melalui kaca nako... SIIING.. hening.. tidak ada siapa-siapa. bahkan ibu-ibu yang biasanya numpang jemuran dipagar halamanku pun tidak ada. juga bapak-bpak yang biasa numpang naruh sangkar burung-burungnya. tidak ada siapapun

aku buka pintu kamar beranjak keluar
memperhatikan seksama pada dua bunderan ijo besar yang geletak begitu saja di dekat pot panjang tanaman asparagusku
aku mulai berfantasi kah? fatamorgana kah? nyaris seperti unta kesasar padang bulanan lamanya?
tapi dari mana mangga-mangga ini.
aku melihat keatas pucuk-pucuk rampai.. tidak mungkin pohon tua ini berbuah. sudah tahunan dia mandul sampai ke pentil-pentil..

aku mulai melihat pada awan putih yang bergerumul. langit yang tidak lagi biru..
Tuhankah?
mungkin saja.. toh semuanya mungkin saja
untuk membayar ketiadaannya dikepalaku dengan dua buah mangga, ranum, besar-besar pula
untuk membayar malaikat wujud kekasih yang tidak jadi diberikan padaku kemaren
atau untuk membayar runtutan 1,2,3 luka yang sudah menjadi 99
mungkin saja..

ahhh... tapi kalo memang mangga Tuhan
mana mungkin aku tega makannya


Posted by PijarLautan :: 1:44 AM :: 4 Comments:

Post / Read Comments

-------------------------------------