Kadang tatapan mudamu menangkap sosokku… membuatku menghidupkan waktu sela senggangku untuk mendengarkan celotehan-celotehan yang harus terlebih dahulu kumasukkan dalam syaraf penafsiranku. .. namun kadang juga kamu berlalu begitu saja.. (seperti aku berlalu dengan ketok-ketok sepatu yongki komaladiku)
Kamu dan segala kemudaanmu.. seperti reinkarnasi diriku bertahun lalu..
sedikit ragu, sedikit bimbang..
Sesekali berhenti melangkah menengok ke belakang,
Sesekali memukul.. memaki ranting yang menghalangi kemudian diam menyesali
………….
Jalan lah yang jauh.. adik .. jika memang tak bisa berlari saja..
Jangan pernah takut..
di depan hanya batu, hanya duri, hanya luka, hanya sakit, hanya darah.. parah-parahnya mati.. toh kemudian selesai
Kesahkan pada hidup.. jejak kecilmu akan membesar dan langkah pilihanmu adalah pilihan
Namun adik.. jika kelak kamu tersesat (lagi)
Mampirlah kembali ke gubuk hatiku..
tidak apa-apa..
jalannya menujunya masih sama… kamu pasti masih ingat
Jangan lupa bawa bingkisan air mata ..
karena sudah kusiapkan
penampung… mangkuk merah -yang sudah pula luntur menjadi pink- kesayanganmu.. dipundakku..