ssstttt... katakan padanya.. kakiku sudah patah meskipun masih sangat... sangat jauh dari apa yang diinginkan........ meski sudah merangkak............ berzinah dengan luluh lantah kehidupan yang hanya satu aku miliki sesekali gelap.. sesekali terang.. benderang.. genderang.. ahh.. salutku pada batu-batu yang sama sekali tidak pernah kuanggap sebagai sesuatu geletak saja di jalan.. kokoh saja.. tanpa kesahan yang hampir setiap saat aku lontarkan terinjak-injak bahkan tertendang.. namanya tetap saja batu..!!! sedangkan aku, apakah aku ini.. kadang angin, kadang anjing.. kadang guntur, kadang luntur.. kadang muntah, kadang sampah berlagak tegar namun rapuh tertunduk runtuk-runtuk menahan kantuk ssst.. katakan saja padanya.. aku telah mengorek-korek permaknaan arogansi-tai kucing-diriku sendiri meski tak lagi punya rahim jeritanku tertahan membiarkan senyumannya tetap ada disitu
Tak ada yang salah... kekasihku.. semuanya hanya lah aku... merasakan sedikit bahagia..
bagi pecundang yang mempecundangi diriku sendiri tanpa harapan dan putus asa tidak pernah tau harus berkata apa-apa saat kau pandangi aku dengan bebanan yang tidak pernah bisa aku rampungkan Aku benci diriku sendiri
aku hanya berbicara mempertanyakan apa yang akan aku lakukan kemudian dengan tangan kecilku dengan kaki kecilku ahh.. lagi-lagi- Hidup memang anjing! aku kembali jatuh dalam kubangan lebih dalam lagi yang membuatku semakin sesak nafas tertunduk-tunduk perih... mencoba menekan dada atas sebelah kiri agar darah tidak mengalir lebih deras lagi tanpa menengadah.. tanpa penyelamat yang datang untuk kedua kali kali ini aku ringsek..!! tidak lagi mampu mencoba tegak berdiri aku dan larianku aku dan gumulanku aku dan lelahku aku dan bajinganku... smuanya membuatku aku bahagia.... !!! Sialan....
aku bahagia.. !!! karena jatuhku terlalu keras hingga lupa bagaimana caranya menangis..
Nyaris.. tiada lagi apa-apa hingga aku hanya bisa mengorek sisa-sisa yang ada meski kutengok kedalaman matamu yang terus-menerus menyadarkanku -apa lagi yang aku cari disini- hanya kata-kata dan nada pesan yang meyakinkanku untuk tetap sekarat -semua sudah terlambat- yang kumiliki hanyalah remah-remah mimpi yang kukumpulkan dan kutukar dengan satu kecupan pipi -kau tidak lagi sendiri-
langkah kakiku terhuyung-huyung, terseret... kubiarkan saja beberapa pecahan karang tajam melukai telapakku dan melakukan pendarahan disitu.. Bahkan pasir-pasir hangat dan yodium antaranya tidak mampu menambatkannya ... Aku terjerembab jatuh.. dengan muka di bawah.... aku diam saja.. enggan bangkit untuk berdiri lagi Biarkan saja.. ombak yang mulai mencapai kepalaku pun tau.. aku hanya ingin menikmatinya saja..
ah DaR.. aku kan sudah katakan berkali-kali padamu Toh kita semua akan mati.. tinggal menghitung hari saja aku.. dan juga kamu.. tidak ada yang bisa dibanggakan dari keinginan untuk mati dan juga kematian itu sendiri. hanya sebuah nisan batu dan tumpukan rumput kering.. (lengkap dengan tulisan berwarna biru bertuliskan 'pecundang berani mati, takut hidup!!'
baru kemaren aku dan kamu mentertawakan orang yang mudah sekali mengatakan tentang kesedihan ingatkah DaR..?!! hingga kita berkata "tau apa kita tentang kesedihan?!!" kamu juga mengeluhkan.. entah siapa yang mudah sekali mengeluarkan air mata dan merengek-rengek tentang cinta disampingmu...
Dulu kita adalah simbol kekuatan acungan tangan dibaris depan Menyalak pada tetesan keringat yang semakin berwarna merah... darah.. bermain-main pada topeng kerasnya hidup dan kejahatan pada kelamin kelaparan
ironisnya ironi...
DaR.. harusnya nyawa kamu masih ada sembilan saat kamu tersakiti, kamu kira kamu mati.. padahal nyawa kamu bertambah satu saat kamu dikhianati, kamu kira kamu mati.. padahal nyawa kamu bertambah satu lagi saat ayah kamu mati......................................... bertambah dua lagi saat ibu kamu mati............................................ bertambah tiga lagi bertambah dan bertambah.. kekuatan untuk menghadapi luka esok hari..
bukankah begitu DaR..?!!
pffff... kamu tidak mendengarkan... !!! Sibuk mencabuti kelopak bunga matahari sambil menyeka air mata dan ingus.. mati.. tidak.. mati.. tidak.. mati.. tidak.. mati.. tidak.. mati..
Mungkin kita masih sama-sama cinta.. Mungkin kita sudah tidak lagi ada cinta.. atau mungkin kita tidak pernah punya cinta mungkin.. tidak jelas.. Semuanya telah tersamarkan oleh ego-ego saling menyalahkan.. ohh.. maaf.. maksudku egomu meyalahkanku, egoku menyalahkanmu Harusnya kamu tidak begini.. harusnya kamu dulu begitu.. payah.. sekarang aku begini.. sekarang kamu sudah jadi begitu
selimutku bercorak kotak-kotak putih dan biru, seperti serbet lebar tipis menutup hampir penuh seluruh tubuhku. dari kepala sampai kaki.. hanya jempol kakiku nongol keluar sedikit.. Mataku merem melek, isyarat otak bodohku memikirkan sesuatu yang tidak bisa kupikirkan Baru hari ini aku memilih terkulai saja di ranjang besiku yang berbunyi kreot-kreot jika aku bergerak sedikit saja. ranjangnya yang peyot.. atau badanku yang terlalu gendut?!! kemaren aku tidak begini.. kemaren aku masih bisa duduk, berdiri, jalan-jalan ke taman, bercanda dengan pasien disebelahku, menjewer anak-anak kecil yang ribut dekat kamarku, diam-diam lepas infus tanganku.. ahh kemaren ak masih.. Sekarang aku ingin tiduran saja.. Tidak ingin kemana-mana bahkan ke WC sekalipun Keinginanku telah habis tersekat dalam flek paru-paruku Semangatku terbatuk-batuk dan hanya bisa keluar menjadi dahak dan darah ...... karena...... dokterku tidak kunjung datang membawa obat-obatku mungkin dia lupa.. atau dia juga lagi sakit.. atau dia gak mau lagi peduli.. atau dia pengen aku cepat mati... aku benci mengatakan dan mendengarkan lagi-lagi tentang kematian (toh kita semua pasti akan mati) Mungkin dia lagi tahlilan sekarang.. semuanya mungkin saja pffff...
aku mengintip sedikit dari balik selimutku.. melempar pandang ke luar jendela kaca seandainya saja.. aku lihat sekali saja dokter itu lewat, aku pasti akan mengejarnya, menggigit kepalanya dan merogoh-rogoh kantung obatnya.. tapi sosok berjubah putih dan berambut keriting itu bahkan melupakan jalan menuju kamarku ya sudahlah... aku pun sudah habis kata