SUDAHLAH....

Wednesday, February 15, 2006

kutipan

Aku menghela nafas panjang.. mencoba menghitung-hitung waktu dan jarak-jarak jalan dingin bergelombang diantara terpaan air hujan.
Tidak sabar bertemu dengannya.

Aku ingat sekali ketika pertama kali bertemu beberapa bulan yang lalu setelah sekian lama.
Sosok tegar namun rapuh, bermakna namun bimbang.
“plisss... pliss.. ya mbak.. I need it so muchhh..!!”merayu dengan sumbang saat itu.

Bayangan-bayangan tentang dia terus saja berdatangan.
Sering kali ia datang bertutur jujur dengan bahasa yang aku saja kadang sulit menterjemahkannya.
“kadang 'topeng' yang kau sebut itu mudah lepas ketikamenempel di wajahku,warna merah itu mulai luntur tapi aku coba bertahan. kita cuma cari makna hidup kok ya, sist”


aku tersenyum-senyum kalanya mulai berlaku tingkah dan polahnya. Berlagak-lagak telah dewasa namunmencari-cari permaknaan sejati.
Membaca buku sosialis yang entah sekedar untuk pengakuan atau sungguh-sungguh ingin tahu. melontarkan candaan 'sengit' menunjukkan sosoknya yang nyeleneh, diskusi tentang hal-hal yang baru saja diketahuinya sedikit dan entah pasti banyak lagi.

“keep me Red, I'll do the same thing” suara-suara dia terus memenuhi kepala telanjangku menjadikan pertanyaan-pertanyaan tidak menentu.

sosok gamangnya pasti akan jatuh... pasti akan jatuh.. pasti

“kenapa kebudayaan begitu kejam memperlakukan kita?..atau bolehkah aku tidak berbudaya saja?”

“ketika dogma sudah memasung tUHAN danmengkotak2-kannYA. sepertinya syusyah..tapi ga tau juga ding..”

“bagaimana rasanya kehilangan ibu? pasti cepat ataulambat harus siap ya. tapi kayaknya nggak deh. aku blum bisa membayangkan..”

jarak semakin pendek dengannya.aku sibuk menerka-nerka bagaimana saatnya bertemu dia nanti dan sibukmempersiapkan kata-kata untuk menegarkannya. dia pasti akan jatuh.. dia pasti akan jatuh.

Hingga sampai saatnya..
Dia dihadapku dan tersenyum sendu. aku menatapnya dalam saat dia dengan lucu menggerakan bibir dan jemarinya..
"waaaa... mbaaak. akhirnya..!!"
"haloo.. where's our mom" ia tertawa terkikik

dia masih berdiri, tertawa kecil, dan berbincang-bincang ringan. mengayunkan kakinya saat duduk dan bercerita lepas.
Aku tanpa kata terdiam dan salah menilainya..aku kagum padanya, adik kecilku.. aku kagum padamu.

Aku tidak sabar mengatakan padanya dengan nada sok bijaksanaku seperti biasanya...
"putri...penderitaan,kesengsaraan, kehilangan seringkali tidak bisa dihindari. tapi kesedihan yangberlarut-larut dan menyiksa diri, itu adalah pilihan"

dan aku tidak sabar melihat reaksi wajahnya mendengarkan..

"apaaaa... lagi-lagi pilihan???!!!"

Ah sayangku.. tahukah, sesungguhnya aku malu mengakuinya saat aku menjadi dirimu dulu.. aku bahkan nyaris menjadi gila.

************
kematian ini melahirkanmu, seorang pejuang putri
'jangan menangis'

Posted by PijarLautan :: 7:53 PM :: 2 Comments:

Post / Read Comments

-------------------------------------